Kamis, 12 Juli 2012

Laporan Praktek di PT TAMACO GRAHA KRIDA

LAPORAN
PRAKTEK


DI SUSUN 

MIRAT SAFAAT

SMK n 2 BUNGKU BARAT
TA : 2011/2012

AGROBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
(APHP)

Daftar Isi

Daftar Isi..........................................................................................1
Kata Pengantar...............................................................................2
Bab I         Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.............................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................
1.3  Tujuan ........................................................................4
1.4 Manfaat.......................................................................5
Bab II        Tinjauan Pustaka
2.1 Morfologi Kelapa Sawit....................................................6
2.2 Hipotesis.......................................................................8
Bab III      Metode Praktek
3.1.Tempat dan Waktu Pelaksanaan.....................................9
3.2. Alat dan Bahan Yang Digunakan......................................9
3.3. Metode Pelaksanaan.....................................................9
3.4. Variabel Pengamatan.....................................................9
Bab IV       Pembahasan Dan Hasil
5.1  Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO.................10
5.2. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO.................15
Bab IV       Penutup
4.1 kesimpulan..................................................................17
4.2 saran..........................................................................17
Daftar Pustaka................................................................................18




Kata pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah memberikan kesehatan serta kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini meksipun belum terlalu sempurna.
Kami juga mengharapkan kritik/saran yang bersifat membangun dari bapa Putu Kardiana S.P selaku guru mata pelajaran kompetensi kejuruan (DKK) untuk kesempurnaan penyusunan laporan ini dan  juga terima kasih atas arahan dan bimbingannya, karena tanpa beliau penyusunan laporan ini tidak akan terselesaikan.
        Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan dari para pembaca.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memperluas wawasan kita semua.


Ambunu , 1 Mei 2012







Penyusun






BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit pertama kali ditemukan di negara Afrika Barat dan tanaman ini disebut sebagai tanaman tropikal. Selain di Afrika Barat tanaman kelapa sawit ini banyak juga di temukan di Afrika  Selatan serta negara-negara tetangga seperti Malaysia, Pantai Gading, Thailand, Papua Nugini, Brazilia dan juga negara-negara lainnya. Indonesia merupakan produsen terbesar kedua kelapa sawit setelah malaysia, Keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas dari ketersediaan faktor pendukung, salah satu diantaranya ketersediaan bahan tanam unggul kelapa sawit. Sumber resmi benih kelapa sawit unggul antara lain: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT Socfindo, PT London Sumatera (Anonim, 2007).
Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor mengivestasikan modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Selama tahun  1990-2000, luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha atau meningkat 21,5% jika dibandingkan akhir tahun 1990 yang hanya 11.651.439 ha. Rata-rata produktivitas kelapa sawit mencapai 1,396 ton/ha/tahun untuk perkebunan rakyat dan 3,50 ton/ha/tahun untuk perkebunan besar. Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas komoditas perkebunan lain (Fauzi, dkk, 2004).
            Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) banyak tumbuh subur di daerah yang memiliki iklim tropis. Pada daerah ini matahari bersinar sepanjang hari dengan curah hujan yang cukup tinggi serta rata-rata suhu 22°C sampai 32°C pada ketinggian 500 m dari permukaan laut. Kondisi ini memungkinkan kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan lahan yang cukup luas.
            Di Indonesia sendiri kelapa sawit tersebar di beberapa wilayah diantaranya pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Khusus untuk sulawesi, salah satunya terdapat di daerah Morowali tepatnya di Kabupaten Morowali Kecamatan Wita ponda desa Ungkaya yang dikelola oleh PT. Tamaco Graha. PT. Tamaco Graha Krida yang bergerak di bidang budi daya tanaman kelapa sawit, telah memberikan kontribusi nyata bagi pemerintah dan masyarakat Wita ponda yang pada awalnya hidup di bawah garis kemiskinan dan serba terbatas kini telah bisa merasakan kehidupan yang tergolong sejahtera.
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah bahan perbanyakan tanaman berupa bibit, untuk itu perlu adanya pengawasan bibit yang baik antara lain di pembibitan awal (Pre Nursery) dan di pembibitan utama (Main Nursery).Pada pembibitan ini, perlu adanya pengamatan secara visual terhadap penampilan bibit dengan cara membandingkan bibit normal dengan bibit abnormal yang diakibatkan oleh faktor kultur teknis dan faktor genetik.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah di atas adalah bagaimana penampilan bibit abnormal selama fase pembibitan pada tahap Pre-Nursery ?
1.3     Tujuan
Untuk mengetahui penampilan bibit abnormal selama fase pada tahap Pre-Nursery.


1.4    Manfaat
  1. Menambah wawasan tentang bagaimana cara kerja pengolahan kelapa sawit di pabrik
  2. Memberikan kontribusi positif terutama bagi penulis sebagai bentuk pengembangan daya kreatif di bidang ilmu pengetahuan khususnya tentang pengolahan hasil pertanian kelapa sawit.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Kelapa Sawit
Klasifikasi kelapa sawit sebagai berikut :
Divisi                 : Spermatophyta
Sub divisi           : Angiospermae
Kelas                 : Dicotyledonae
Keluarga            : Palmaceae
Sub keluarga      : Cocoideae
Genus                : Elaeis
Spesies                      : Elaeis guineensis Jacq.
Va                 rietas                 : Elaeis guineensis Jacg. Var.    
Menurut Maksi (2008), morfologi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
2.1.1 Akar
Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
2.1.2 Batang
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
2.1.3 Daun
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Susunan ini menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.Panjang pelepah daun sekitar 7,5–9 m. Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250–400 helai. Produksi pelepah daun selama satu tahun mencapai 20–30 pelepah.
2.1.4 Bunga
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Sehingga pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
2.1.5 Buah
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp : Bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp : Serabut buah
Endoskarp : Cangkang pelindung inti
Endosperm : Biji
Embrio       : Lembaga
Buah terkumpul di dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20–22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12–14 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25–35 kg.
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi 3 yakni :
  Dura,
  Pisifera, dan
  Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.Pisiferabuahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera.Jenis ini dia nggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapatmencapai 28% (Sastrosayono, 2003).
2.2    Hipotesis
Adapun yang menjadi hipotesis di atas yakni pada pertumbuhan bibit kelapa sawit terdapat beberapa bibit yang abnormal yang terdiri dari pertumbuhan layu, pertumbuhan terhambat, dan lain-lain.






BAB III
TEKNIK PELAKSANAAN
3.1.Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan prakrek ini dilaksanakan di PT Tamaco Graha Krida  Desa Ungkaya kecamatan Wita ponda kabupaten Morowali, Waktu pelaksanaan prakrek yakni pada hari kamis tanggal 5 April 2012 sekitar pukul 08.00 sampai dengan selesai, observasi dilakukan di ruangan interview menggunakan infokus dan dibimbing oleh koordinator PT. Tamaco Graha Krida.
3.2. Alat dan Bahan Yang Digunakan
1.   Alat Tulis dan buku
2     Kamera sebagai alat dokumentasi
3.   infokus
4.   hasil olahan kelapa sawit yang setengah jadi
3.3. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam prakrek ini ialah metode observasi yakni pengamatan secara tidak langsung melalui infokus yang di instruksikan oleh koordinator PT. Tamaco Graha Krida karena mengingat bahaya yang mengancam apabila observasi di lakukan langsung di dalam pabrik.
3.4. Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati yakni bagaimana proses pengolahan kelapa sawit dari proses pemanenan sampai buah kelapa sawit di olah.







Bab IV
PEMBAHASAN
4.1 Kegiatan Yang Di Lakukan Di Pabrik   
Kegiatan yang di lakukan di pabrik pengolahan kelapa sawit itu di antaranya adalah :
1.   Stasiun jembatan timbang
Tandan buah yang  telah di panen di angkut ke pabrik  minyak kelapa  sawit(PMKS) untuk di olah kemudian di timbang terlebih dahulu di jembatan penimbangan agar di ketahui berapa berat jenjang rata-rata(BJR)pertandan yang di angkut ke pabrik.Di stasiun jembatan penimbangan ini aktifitas yang dilakukanantra lain:
1)       Penimbangan tandan buah segar (TBS)
2)       Penimbangan tandan kosong (TANKOS)
3)       Penimbangan crude palm oil (CPO)
4)       Penimbangan kernel
Tabel 14. Pengolahan Fraksi TBS Yang Di Terima Di Pabrik
Fraksi
00
0
I
II
III
IV
V
% Tandan
0
0
23
35
30
10
2
      Sumber, PT Prakarsa Tani Sejati 2009
Penimbangan di lakukan dua tahap,untuk tandan buah segar di timbang bersamaan dengan kendaraan yang mengangkutnya, setelah itu buah di masukan ke loding ramp dan kendaraan ditimbang kembali.
2.   Stasiun Loding ramp
Tempat  ini merupakan untuk menampung tandan buah kelapa sawit dari kebun sebelum dilakukan pemprosesan di pabrik.
3.   Perebusan ( sterilizer)
Tandan buah segar yang  telang ditimbang dimasukan kedalam lori melewati  stadium Loading Ramp sebelum dimasukan kelori perebusan. Setelah buah masuk ke lori kemudian dimasukan kedalam sterilizer dengan kapasitas tiap lori adalah 3-4 ton. Proses perebusan ini dimaksudkan bertujuan;
1)     Agar buah mudah dilepaskan tandannya
2)     Membunuh enzim penstimulir pembentukan asam lemak bebas, agar daging buah menjadi lunak
3)     Memudahkan  terlepasnya inti dari cangkangnya ( shell ),
4)  Menambah kelembaban didalam daging buah sehingga minyak lebih mudah dikeluarkan (dipisahkan), dan
5)     Mengkoagulasi protein sehingga proses pemurnian minyak lebih mudah.
Proses ini berlangsung selama 90-100 menit dengan menggunakan uap air yang berkekuatan 2,8-3,5 bar. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan dalam treasure dengan menggunakan Holisting Crane.
4.   Perontokan buah dari tandan
Setelah kegiatan di perebusan tersebut, pada treasure ( alat untuk memisahkan buah dari tandan )buah yang masih melekat dari tandannya akan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut lepas. Buah yang telah terlepas diangkut dengan menggunakan stasiun Kompeyor menuju ke Ketel pengaduan atau mesin pelumat (Digester).
5.   Pengolahan minyak dari daging buah
Buah yang diangkut ke digester dimaksudkan agar buah tersebut terlepas dari bijinya. Dalam proses ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil. Setelah proses pengadukan selesai kemudian  dimasukan kedalam alat pengepresan ( Scewpress ) agar minyak keluar dari cangkang dan sabut. Untuk proses pengepresan diperlukan tambahan panas antara 10-15%, sehingga akan diperolah minyak kasar dan ampas serta biji.
Sebelum minyak kasar ditampung pada Crude Palm Oil Tank, harus dilakuakan pemisahan kandungan selain dari minyak sawit  pada santrap yang kemudian dilakukan penyaringan ( Vibrating Screen). Ampas dan biji yang mengandung minyak(Oil Sludge) dikirim kepemisahan ampas dan biji ( Depericarper ). Dalam prose penyaringan kasar perlu ditamabahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak kasar. Minyak kasar kemudian dipompakan kedalam Decenter guna memisahkan Solid dan Liquide. Fase yang berupa minyak dan masa jenis ringan ditampung di Continous Setiling Tank, minyak dialirkan ke Oil Tank, fase berat yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung kedalam Sludge Tank.
6.   Proses pemisahan minyak
Minyak dari Oil Tank dialirkan  kedalam Oil Purifer untuk memisahkan kotoran atau solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya minyak dialirkan ke vakum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standar. Melalui sarvo Balance minyak sawit dipompakan ketengki timbun ( Oil Storange Tank ).
7.   Proses pengolahan inti sawit
Ampas kelapa yang terdiri dari bijikelapa dan sabut  dimasukan ke Depericarper melalui Cake Brake Conveyor. Ditempat ini ampas  dipanaskan dengan uap air agar kandungan air dapat diperkecil, sehingga  press cuke terurai dan memudahkan proses pemisahan sabut dan biji. Pemisahan ini terjadi akibat dari perbedaan berat dan gaya isap Blower. Hasil dari pengepresan berupa biji (nui) dan serat (fiber) didistribusikan dengan Cake Breaker Conveyor ( CBC ) untuk memisahkan biji dan serat dengan system hisapan Blower. Fiber  yang terhisap akan masuk ke Fibrecycone melalui air lock dan jatuh kedalam Conveyor untuk didistribusikan ke stasiun Boiler sebagai bahan bakar.
Biji yang tidak terhisap oleh Blower  masuk dan di polis di Depericaper ( polising drum ) untuk memisahkan kotoran dan sisa fibre yang masih melekat dan tercampur pada biji. Pada Depericarver ini terdapat lubang untuk meloloskan biji yang akan diolah lebih lanjut, sedangkan yang tidak terpolis akan keluar melalui kisi-kisi pada ujung drum. Selanjutnya biji akan lolos di Depericarver melalui We Nut Elevator dimasukan ke dalam Nut Grading Drum untuk disortirr berdasarkan ukurannya (kecilo, sedang dan besar). Sebelum bijindi pecahkan dengan Ripple mill, sebelumnya biji di tampung di 3 (tiga) buah  Nut silo dengan masing-masing ukuranya.Agar biji  tidak sekaligus masuk ke Rippler Mill, maka kecepatan tumpahnya biji kedalam Rippler Mill harus di atur, dan apa bila tidak di atur maka Rippler Mill akan mengalami trip (ketidak mampuan satunalat untuk menjalankan fungsinya).
Persortiran berdasarkan ukuran ini dimaksudkan agar ukuran biji disesuaikan dengan spesifikasi Rippler Mill agar dapat dipecahkan. Setelah biji dipecahkan, maka kernel dengan cangkang melalui Crakced Mixture Conveyor dan elevator di distribusikan ke Fractional Sunction Blower 1 (fractional colum 1) untuk di pisahkan antara kernel dan shell dengan menggunakan system hisapan blower, menuju air lock untuk ditanpung didalam shell hopper dan selanjutnya dengan Conveyor di distribusikan ke stasiun boiler sebagai bahan bakar.
Proses pemisahan Kernel dan cangkang di lakukan 2 kali dengan menggunakan Fraktional Sunction Blower II (fractional colum II) dan selanjutnya dilakukan proses yang sama dengan fractional coloum I, dan pada pemisahan dengan fractional coloum ini tidak semua cangkang yang terpisah maka di lakukan proses selanjutnya yaitu Clay Bath. Pada Clay Bath ini kernel dan cangkang dipisahkan berdasarkan perbedaan berat jenis dengan menggunakan media berupa larutan kaolin (calium carbonat), untuk mempermudah pemisahan cangkang dan kernel (berdasarkan berat jenis), dengan larutan ini maka kernel akan mengapung sedangkan cangkang (shell) mengendap ke bawah, selanjutnya dipisahkan. Kernel langsung di distribusikan ke dalam kernel silo dengan temperatur yang berperiasi (tiga tingkat an suhu), atas 60-°C, tengah 70-80%°C dan bawah 50-60%°C.
Setelah ditampung dalam Kernel silo maka Kernel di distribusikan dengan dorongan angin (fam) menuju ball Silo atau penimbunan akhir. Sedangkan shello yang berasal dari Fraktion Coloum I,Fraktion coloum II dan Claybath yang ditanpung dalam shell hopper selanjutnya juga akan di distribusikan ke stasiun boyler dengan menggunakan conveyor.

4.1    Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO
Pengolahan buah Kelapa Sawit di awali dengan proses pemanenan Buah Kelapa Sawit. Untuk memperoleh Hasil produksi (CPO) dengan kualitas yang baik serta dengan Rendemen minyak yang tinggi, Pemanenan dilakukan berdasarkan Kriteria Panen (tandan matang panen )  yaitu dapat dilihat dari jumlah berondolan yang telah jatuh ditanah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan.
Cara Pemanenan Kelapa Sawit harus dilakukan dengan baik sesuai dengan standar yang telah ditentukan hal ini bertujuan agar pohon yang telah dipanen tidak terganggu produktifitasnya atau bahkan lebih meningkat dibandingkan sebelumnya. Proses pemanenan diawali dengan pemotongan pelepah daun yang menyangga buah, hal ini bertujuan agar memudahkan dalam proses penurunan buah. Selanjutnya pelepah tersebut disusun rapi ditengah gawangan dan dipotong menjadi dua bagian, perlakuan ini dapat meningkatkan unsur hara yang dibutuhkan Tanaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi buah. Kemudian buah yang telah dipanen dilakukan pemotongan tandan buah dekat pangkal, hal ini dilakukan untuk mengurangi beban timbangan Kelapa Sawit. Berondolan yang jatuh dikumpulkan dalam karung dan tandan buah segaar (TBS) selanjutnya di angkut menuju tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk selanjutnya ditimbang dan diangkut menuju pabrik pengolahan Kelapa Sawit.
No
Fase buah
Fraksi buah
Jumlah berondolan yang jatuh
Tingkat kematangan
1
Mentah
00
Tdk ada tandan buah yg berwarna hijau atau hitam
Sangat mentah
0
1 %-12,5 % buah luar atau 0-1 berondolan/kg tandan membrondol
Mentah
2
Matang
1
12,5-25%  buah luar atau 2 berondolan/kg tandan 25 % dari buah luar membrondol
Kurang matang
2
25-50 % buah luar membrondol
Matang
3
50-75 % buah luar membrondol
Matang
3
Lewat
4
75-100% buah luar membrondol
Lewat matang (ranum)
5
100 % buah luar membrondol dan sebagian berbau busuk
Lewat matang (busuk)
Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) menuju pabrik pengolahan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan alat transportasi berupa Truk atau Traktor. Sebelum masuk kedalam Loading Ramp, TBS ditimbang terlebih dahulu. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat muatan (TBS) yang diangkut sehingga memudahkan dalam perhitungan atau pembayaran hasil panen serta memudahkan untuk proses pengolahan selanjutnya. TBS yang telah ditimbang kemudian di periksa atau disortir terlebih dahulu tingkat kematangan buah menurut fraksi fraksinya. Fraksi dengan kualitas yang diinginkan adalah fraksi 2 dan 3 karena pada fraksi tersebut tingkat rendemen minyak yang dihasilkan maksimum sedangkan kandungan Asam Lemak Bebas (free fatty acid) minimum.
Proses selanjutnya tandan buah segar yang telah disortasi kemudian diangkut menggunakan lori menuju tempat perebusan (Sterilizer). Dalam tahap ini terdapat tiga cara perebusan TBS yaitu Sistem satu puncak (Single Peak), Sistem dua puncak (double Peak) dan Sistem tiga puncak (Triple Peak).  Sistem satu puncak (Single Peak) adalah sistem perebusan yang mempunyai satu puncak akibat tindakan pembuangan dan pemasukan uap yang tidak merubah bentuk pola perebusan selama proses peerebusan satu siklus. Sistem dua puncak adalah jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan berjumlah dua puncak akibat tindakan pembuangan uap dan pemasukan uap kemudian dilanjutkan dengan pemasukan, penahanan dan pembuangan uap selama perebusan satu siklus. Sedangkan sistem tiga puncak adalah jumlah puncak yang terbentuk selama perebusan berjumlah tiga sebagai akibat dari tindakan pemasukan uap, pembuangan uap, dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan dan pembuangan uap selama proses perebusan satu siklus. Perebusan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan   puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.(Polnep,2003)
Adapun tujuan dari proses perebusan adalah  menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid dan mempermudah perontokan buah pada tresher. selain itu proses perebusan juga bertujuan untuk memudahkan ekstraksi minyak pada proses pengempaan. Perebusan juga dapat mengurangi kadar air dari inti sehingga mempermudah pelepasan inti dari cangkang.
Tahapan selanjutnya adalah proses pemipilan atau pelepasan buah dari tandan. Pada proses ini, buah yang telah direbus di angkut dengan dua cara yaitu pertama, dengan menggunakan Hoisting crane dan di tuang ke dalam thresher melalui hooper yang berfungsi untuk menampung buah rebus. Cara yang kedua adalah dengan menggunakan Happering yang kemudian diangkut dengan elevator (Auto Fedder). Pada proses ini tandan buah segar yang telah direbus kemudian dirontokkan atau dipisahkan dari janjangnya. Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan kecepatan putaran 23-25 rpm. Buah yang terpisah akan jatuhmelalui kisi-kisi dan ditampung oleh Fruit elevator dan dibawa dengan Distributing Conveyor untuk didistribusikan keunit-unit Digester.
Di dalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada pros dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95 C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2 langsung atau melalui mantel. Proses pengadukan/ pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukan ke dalam alat pengepresan (screw press).
Pengepresan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 90-95 C sebanyak 7 % TBS (maks) dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang viscositasnya tinggi. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.
Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan Vibrating screen. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Vibrating screen terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan 2 m2 . Tingkat atas memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh.
Minyak yang telah disaring kemudian ditampung kedalam Crude Oil Tank (COT). Di dalam COT suhu dipertahankan 90-95°C agar kualitas minyak yang terbentuk tetap baik.
Tahap selanjutnya minyak dimasukkan kedalam Tanki Klarifikasi (Clarifier Tank). prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran  minyak kasar dapat terpisah dari air. Pada tahapan ini dihasilkan dua jenis bahan yaitu Crude oil dan Slude . Minyak kasar yang dihasilkan kemudian ditampung sementara kedalam Oil Tank. Di dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
Minyak kemudian dimurnikan dalam Purifier, Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.
Slude yang dihasilkan dari Clarifier tank kemudian di alirkan ke dalam Decanter. Di dalam alat ini terjadi pemisahan antara Light phase, Heavy phase dan Solid. Light phase yang dihasilkan kemudian akan di alirkan kembali ke dalam crude oil tank sedangkan Heavy phase akan di tampung dalam bak penampungan (Fat Pit). Solid atau padatan yang dihasilkan akan diolah menjadi pupuk atau bahan penimbun.
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dialirkan ke storage tank.
Crude Palm Oil yang dihasilkan kemudian dialirkan ke dalam Storage tank (tangki timbun). Suhu simpan dalam Storage Tank dipertahankan sntara 45-55°C. hal ini bertujuan agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai tiba waktunya pengiriman.
4.2    Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO
Palm kernel Oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Proses awalnya sama seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Pada pengolahan kelapa sawit menjadi PKO setelah proses pengepresan maka terjadi pemisahan antara minyak sawit dengan kernel, sabut dan ampasnya.
Biji yang masih bercampur dengan Ampas dan serabut kemudian diangkut menggunakan Cake breaker conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan memudahkan proses pemisahan menuju depericarper. Pada Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 – 80°C selama 18- 24 jam agar kadar air turun sekitar 21% menjadi4%. Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti. Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti dengan cangkang dengan menggunakan prinsip perbedaan massa. Cara lain untuk memisahkan inti dengan cangkang adalah dengan menggunakan Hydro clay bath yaitu pemisahan dengan memanfaatkan lumpur atau tanah liat. Cangkang yang terpisah kemudian digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Inti kemudian dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 50°C, 60°C dan 70°C dalam waktu 14-16jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya.










Bab V
Penutup
5.1   Kesimpulan
Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO pada intinya Melalui 4 Proses utama yaitu pemisahan brondol dengan janjang, Pencacahan dan pelumatan daging, pengepresan, dan pemurnian minyak. Sedangkan pengolahan kelapa sawit menjadi kernel (inti sawit) melalui proses pemisahan brondol dengan janjang, Pencacahan dan pelumatan daging, pengepresan, pemisahan serabut dengan inti dan pemisahan cangkang dengan inti.
5.1    Saran
          kelapa sawit sebenarnya mempunyai banyak manfaat yang lebih besar dari pada perusahaan tambang khususnya di daerah Kabupaten Morowali sebab kelapa sawit tidak merusak habitat alam dalam jumlah besar di bandingkan perusahaan tambang yang ada di Morowali sebab kelapa sawit hanya merubah hutan yang nonkomersial menjadi hutan komersial. Kelapa sawit juga merupakan salah satu usaha yang memiliki omzet yang cukup besar sebab melihat permintaan minyak sawit dunia yang dalam jumlah cukup besar, yang tentunya juga dapat menambah taraf hidup masyarakat Morowali pada khususnya .
        saran penulis untuk kedepannya yakni agar pemerintah morowali lebih mendominankan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian khususnya kelapa sawit dibandingkan dengan perusahaan tambang.




DAFTAR PUSTAKA

Buana, Lalang, dkk, 2004, “ Modul Kelapa Sawit”, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan (http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit) (12 januari 2009)
Dirattanhun. 2007. BudidayaKelapaSawit. Written Friday, 03 August 2007

Girsang Annel, 2005. “Pedoman Pembibitan Kelapa Sawit Pre-Nursery dan Main-Nursery.” PPKS – Unit Usaha Marihat.
Sastrosayono,  Selardi , 2003. BudidayaKelapaSawit . Penerbit PT Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan

PPKS, 2000, Seleksi Bibit Kelapa Sawit”. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Purba Razak, dkk,  Akses 20.01. 2008. Benih Kelapa Sawit Palsu: Penghambat Peningkatan Produktivitas.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar